Pentingkah Mengurus Orang Lain?

4/06/2017 1 Comment
Oleh : Syukron Fadillah
(Siswa MAN 3 Majalengka | Aktivis KIR-Kajian Islam Remaja)

Pernahkah kita mendengar teman, keluarga, atau siapa pun berucap “Udahlah urus diri kamu sendiri, jangan ngurusin orang lain!!” ketika di ingatkan akan kematian, di nasehati tentang pergaulan, atau di ajak pada kebaikan. Apakah pernyataan itu benar dalam perspektif islam?? Apakah Rasulullah pernah bertutur seperti itu?? Atau pernahkah para sahabat berungkap hal demikian??




Perlu kita gali lebih dalam makna yang terkandung dalam penyataan di atas. Sebenarnya argumen seperti di atas merupakan argumen yang di ungkapkan oleh seseorang dengan pemahaman yang minim ketika di ajak pada kebaikan. Mereka hanya memahami bahwa perbuatan hanya akan berimbas pada diri sendiri sehingga tak perlu mengingatkan orang lain tantang kebaikan, ataupun tentang bahayanya kemaksiatan dan lain sebagainya.

Mereka juga berfikir bahwa memperbaiki diri sendiri lebih penting ketimbang mikirin, ngurusin, and nasehatin orang lain. Okh, sepintas argumen ini benar. Tapi, perlu kita ketahui bahwa ketika kita memperbaiki akhlak sendiri (pribadi) sedangkan kita tak mengingatkan teman sebaya kita yang sibuk maksiat, kita juga terpengaruh lho.


Ingatkah tsunami aceh beberapa tahun silam?? Atau ingatkah banjir bandang yang meluluh lantahkan garut tahun 2016 kemarin?? Apakah yang meninggal hanya orang-orang yang bermaksiat seperti mabuk, berzina, pacaran, serta memakan harta haram?? Tidakkah ada para ustad, santri, haji, dan ulama yang terkena imbasnya?? Tentu yang terkena dampak bencana-bencana tersebut bukanlah orang-orang yang jahat, dan bermaksiat saja. Orang yang beriman pun kena batunya.

Begitu pula dengan kita. Ketika kita sibuk memperbaiki diri sendiri lantas melupakan dakwah, seperti menasehati temen, mengajak temen pada kebaikan. Maka hal itu akan sia-sia saja. Karena lingkungan yang buruk itu akan membuat pribadi kita pun buruk. Okh simak hadits berikut.


Rasulullah bersabda “barang siapa yang berteman dengan pandai besi maka akan terkena baunya, dan barang siapa yang berteman dengan penjual minyak wangi, maka akan terkena pula wangi tubuhnya.” (HR. Bukhori)
 
Dari hadits di atas dapat kita pahami bahwa teman itu dapat membentuk, menentukan, dan mengembangkan sikap serta karakteristik diri kita. Maka pentinglah bagi kita untuk bisa membentuk lingkungan yang kondusif dengan mengingatkan, menasehati, serta mengajak teman pada kebaikan sebagai proses dakwah.


Bahkan Allah SWT Berfirman :
“Dan hendaklah ada segolongan umatku yang menyeru pada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali imran :104)

Tuh kan, Allah saja menyuruh kita mengajak, dan menyeru kebaikan. Artinya Allah memerintahkan pada kita untuk peduli sesama. Ingat lho kita makhluk sosial bukan makhluk halus! Jadi perlu dan amat memerlukan orang lain. Tentunya orang yang akhlaknya baik. Bagaimana cara merealisasikannya kalau teman kita malah doyan maksiat?? Ya di ingetin, dan di urusin! Itu tandanya kita temen yang sayang.

Nah kembali pada permasalahan tadi! Ungkapan yang menyuruh kita untuk mengurus pribadi kita sendiri. Bisa kita lihat dengan jelas bahwa argumen ini hanyalah argumen defensif (argumen melindung), untuk melindungi orang yang mengungkapkannya, karena bisa saja dia merasa dan mengakui kesalahannya, doyan maksiat, jauh dari taat, tapi gak mau tobat. Argumen defensif seperti ini banyak di jumpai di lapangan karena kemerosotan pola pikir yang jauh dari pemahaman Islam. So, janganlah bertutur kata seperti itu!!

Allah SWT juga berfirman :
“kamu (umat islam).adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh berbuat yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali imran : 110)

Ayat di atas sungguh luar biasa, mengabarkan bahwa umat islam adalah umat terbaik untuk seluruh manusia lho, ingat seluruh manusia! Bukan diri sendiri ya.. Hhe.. Lihat aja syaratnya yang di jelaskan di ayat diatas. Agar lebih faham lagi mari kita kupas sama-sama.

1. Menyeru pada yang ma’ruf
Point pertama ini artinya mengajak pada kebaikan. Nah, kalau ngingetin bahayanya pacaran yang seringkali berujung pada perzinahan, mengajak shalat, mengaji, bersedekah masuk kategori ini gak?? Tentu masuk dong.. Jadi, buang jauh-jauh pola pikir “jangan ngurus orang lain, urus aja diri sendiri!!” itu.

2. Mencegah dari yang mungkar
Ketika pacaran, banyak sekali timbul perzinahan, lahir anak tanpa ayah, aborsi, ibu muda bunuh diri, fenomena perselingkuhan, dan lain sebagainya di biarkan begitu saja, apa kita gak bakal kena imbasnya?? Ingat banjir bandang di garut tahun kemarin, yang jahat, yang baik, yang durhaka, maksiat, sholeh, dan taat semua di sapu bersih tanpa pilih-pilih.

Jadi, penting bagi kita untuk menjaga teman yang kita sayangi tetap dalam lindungan Allah dengan membuatnya taat pada aturan-Nya, seperti taat tidak pacaran karena pacaran di larang islam. Dan mendakwahkan pada teman kita. Jangan shaleh sendiri! Kalau bisa masuk surga sama-sama kenapa harus sendirian. Bener gak??

3. Beriman kepada Allah
Point yang terakhir ini lebih luar biasa lagi. Kita ini harus beriman pada allah. Kalau kita pacaran, dan sudah di ingatkan oleh teman kita bahwa pacaran itu di larang agama islam, kita termasuk orang beriman tidak yah??

Jangan sia-siakan teman kita yang mengingatkan pada kebaikan, menjaga keselamatan kita dari jurang kemungkaran. Kalau apa yang di katakannya benar sesuai dengan Al-qur’an dan Hadits, sepahit apapun itu, terimalah. Jangan membuat alasan, atau argumen defensif (argumen pelindung).

Makanya daripada kita pikirin akhlak kita masing-masing, akan lebih baik bila kita memperbaiki, mengupgrade akhlak pribadi di sertai membangun, dan membentuk lingkungan yang kondusif agar jalan pada ketaatan lebih mudah dilalui. Ingatlah sabda Rasulullah di atas. Temen itu sangat berpengaruh bagi akhlak kita. So, mengingatkan teman akan bahaya pacaran, mengajak pada kabaikan, dan mencegah dari segala bentuk kemungkaran merupakan langkah awal kita membangun lingkungan yang kondusif.

Sumber:  urangmajalengka.com