Tips menilai diri sendiri

1/28/2019 Add Comment
tips-menilai-diri-sendiri-jurnal-kehidupan

"Hisablah dirimu sebelum dirimu sendiri dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum perbuatanmu ditimbang." (Umar bin Khattab r.a)

Ungkapan sayyidina Umar bin Khattab di atas agaknya tepat sekali untuk membuka pembahasan kita tentang menilai diri sendiri. kita faham bahwa menilai diri sendiri tidaklah mudah. bahkan yang terjadi adalah, kita dengan mudah menilai oranglain. bahkan tak segan penilaian kita sangat subjektif, hasilnya kerapkali kita menilai buruk oranglain. parahnya orang tersebut adalah orang-orang yang dekat dengan kita, bahkan bisa jadi mereka yang selalu mendukung perjuangan kita untuk meraih cita-cita. sungguh mengerikan.

Sebelum membaca lebih jauh, agaknya harus difahami terlebih dahulu bahwa artikel ini tidak menunjuk person to person, jadi maaf bila artikel ini membuat beberapa hati menjadi sakit karenanya. bahkan sejatinya artikel ini dibuat untuk penulis sendiri. untuk menjadi pengingat diri atau self reminder. semoga pembaca semua memahami sudut pandang artikel ini, aamiin ya rabbal'alamiin.

1. Bercermin diri
Langkah pertama adalah bercermin diri, maksudnya bukan bercermin secara harfiah, lebih dari itu kita harus bisa melihat ke arah diri kita. coba lihat diri kita, sejatinya kita ini memiliki sisi positif dan sisi negatif. kedua sisi ini sebenarnya cuma kita pribadi yang tahu, oranglain hanya meraba-raba, menilai dari yang sekedar terlihat. kita bisa melihat kedua sisi ini dengan tampak nyata jika dihadapkan dengan kesepian, kesendirian, atau kesunyian yang kemudian dibandingkan dengan penilaian oranglain secara harfiah kepada kita.

Jika kita dinilai sebagai sosok yang baik, berakhlak mulia oleh orang-orang terdekat kita, bahkan mereka tidak segan menggantungkan kepercayaan kepada kita. Namun ketika kita masih bisa berfikir kotor, atau bahkan berbuat maksiat ketika dihadapkan dengan kesendirian, atau kesunyian, berarti itulah sosok asli kita. sosok yang kontradiktif dengan penilaian oranglain. maka, solusinya adalah sesali, dan segera bertaubat. selagi pintu taubat masih terbuka kemudian perlahan merubah sifat tersebut.

2. Islam sebagai tolak ukur
Seperti yang kita ketahui, islam bukanlah agama yang hanya mengatur ibadah ritual, atau ibadah mahdah saja. tapi islam mengatur segalanya, islam mengatur kehidupan. mengatur hidup kita dari bangun tidur sampai tidur lagi. sehingga, dalam menilai diripun, seharusnya islamlah yang menjadi tolak ukur. sebab islam menilai hubungan kita dengan Allah swt sebagai ibadah yang bersifat vertikal, menilai juga hubungan kita dengan sesama serta lingkungan sebagai ibadah yang bersifat horizontal, dan terakhir menilai hubungan kita dengan diri kita sendiri.

Hubungan dengan diri sendiri ini harus berlandaskan dengan kepribadian islam. sebab, jika tidak berlandaskan islam maka tidak akan berdampak baik, justru sebaliknya akan menghasilkan dua sifat yang berbeda pada diri kita. sederhananya, baik dihadapan oranglain, tidak merugikan oranglain adalah baik, meskipun ketika kita sendiri terkadang kita menyakiti diri sendiri, tapikan kita tidak menyakiti oranglain. sehingga hal ini baik. inilah yang dihasilkan ketika kita menjadikan selain islam sebagai tolak ukur. tapi sebaliknya, jika kita menjadikan islam sebagai tolak ukur.

Islam menilai bahwa berbohong, atau menyakiti diri sendiri adalah perbuatan buruk, apalagi menyakiti oranglain. sehingga jika terjadi sikap perilaku yang menunjukan kita mendzolimi diri sendiri, maka kita harus faham bahwa mendzolimi diri sendiri adalah dosa, tidak boleh dilakukan. artinya kita harus segera sadar bahwa kita ini seorang muslim, dimana setiap sikap perilaku kita terikat dengan hukum syara'.

3. Fahami identitas diri
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kita harus sadar bahwa identitas kita adalah seorang muslim. dimana setiap aktivitas kita terikat dengan hukum syara', yakni halal, sunah, mubah, makruh, serta haram. apalagi kita memahami betul bahwa islam adalah agama yang komplit, lebih komplit dari pada jamu komplit mengatur seluruh aspek kehidupan, dan juga agama yang telah diridhai Allah swt, melalui firmanNya :

“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19)

Kemudian untuk tetap menjaga identitas kita, ditengah hiruk pikuk serangan sekulerisme, yang memaksa kita menjauhkan islam dari kehidupan. maka solusinya adalah tetap menjaga keimanan kita, dengan cara mengikuti kajian islam, senantiasa membaca artikel islami, video islami dari ustad-ustad yang luas keilmuannya, sehingga dengan begitu kita akan bisa menjaga identitas keislaman kita. Bahkan bukan hanya menjaga, dengan demikian kita dapat meningkatkan keimanan kita, sehingga lebih semangat dalam mengkaji islam, meskipun banyak halang dan rintang yang siap menghadang.

4. Memantaskan diri
Setelah kita menyadari bahwa agama yang kita pilih sebagai jalan hidup kita adalah islam, maka pantaskan diri kita sebagai pemeluknya. pantaskan diri kita bahwa kita benar-benar pantas untuk memperbaiki, serta menilai diri dari sudut pandang islam. sebab islam adalah pandangan hidup yang dapat melahirkan jalan hidup. jika kita memandang semuanya dengan islam, begitupula memandang serta menilai diri kita dengan islam, maka jalan hidup kita tidak lain adalah islam. maka, pantaskan diri kita untuk melaksanakan segala perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya.
Pantaskan bahwa kita pengikut Nabi Muhammad SAW, yang mana beliau adalah sosok manusia pilihan, kekasihNya, yang mendakwahkan islam keseluruh penjuru dunia. yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. sosok yang begitu dirindukan, bahkan berabad-abad setelah kematiannya.

Maka, dalam proses menilai diri sendiri ini selayaknya kita kemudian memperbaiki diri, mengikuti akhlak Rasul SAW sedikit semi sedikit. meski hal itu begitu sulit. bagaimanapun kita harus berusaha menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita, dalam berbagai hal, dari hubungan dengan keluarga, sampai dengan ruanglingkup yang lebih luas seperti memimpin negara.

5. Mulai melangkah perbaiki diri
Tidak adagunanya jika kita hanya berdiam diri, meratapi perbedaan sifat yang lahir dalam diri kita, ataupun hanya sebatas memahami 4 point di atas yang kemudian hanya berdampak pada keinginan menjadikan Nabi SAW sebagai tauladan tapi tidak ada action-nya, tidak ada geraknya.

"Mulailah perubahan dari hal kecil yang mudah dilakukan, sesederhana ramah kepada setiap orang dengan menebar senyuman." (Umar bin Khattab r.a)

Ucapan sayyidina Umar bin Khattab memang luar biasa, jika diresapi didalamnya sarat akan makna yang begitu luas. yang sangat bermanfaat untuk kita semua yang ingin memperbaiki diri. karena setelah kita faham terhadap 4 point sebelumnya, jika harus memiliki motivasi kuat untuk merealisasikan keinginan kita untuk meneladani Rasulullah SAW. dan ucapan sayyidina Umar bin Khattab ini sangat cocok untuk menjadi pelecut, atau pendorong semangat kita dalam merubah pola sikap kita. mulailah dari hal yang terkecil. perbaiki hubungan dengan sesama, Insya allah kita akan bisa menilai dan merubah diri kita secara perlahan, sebelum kita menilai buruk oranglain. Bahkan mungkin setelah kita menjalankan 5 Tips ini, tidak ada lagi ruang bagi kita untuk menilai oranglain, karena hati kita penuh dengan penilaian-penilaian terhadap diri kita sendiri. Insya allah..

 

Gambar ini ungkap kepribadianmu

1/23/2019 1 Comment
gambar-ini-ungkap-kepribadianmu-jurnal-kehidupan

Perhatikan gambar kucing di atas baik-baik, gambar di atas dapat menunjukan siapa dan bagaimana kepribadian kalian. silahkan tebak dengan fokus, kucing tersebut berjalan menaiki atau menuruni tangga. jika sudah, silahkan lihat hasilnya :

  • Naik Tangga
Jika kalian berfikir bahwa kucing dalam gambar tersebut sedang menaiki tangga, maka bisa jadi kalian adalah orang optimis. kalian melihat potensi dan peluang dalam hidup. kalian terlatih untuk mengembangankan semua potensi yang ada. ada tanda-tnda ambisi yang kuat dalam diri kalian.

  • Menuruni Tangga
Nah jika yang kalian lihat adalah kucing yang menuruni tangga berarti kalian cenderung agak pesimis. kalian bisa jadi adalah orang yang selalu ragu. kalian itu gak mudah percaya dengan apa yang kalian lihat dan temuin. kalian selalu memperhitungan segala hal sebelum melangkah lebih jauh.

Sekarang kalian bisa menilai diposisi mana kepribadian kalian? sejauhmana tingkat optimisme kalian, jika kalian masuk pada ketegori orang yang kurang optimis maka mari berbenah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi, mulai dari hari ini.

Bagaimana Jika Restorasi Meiji Berkiblat Pada Islam?

Megita Rubi 1/15/2019 Add Comment
bagaimana-jika-restorasi-meiji-berkiblat-pada-islam-jurnal-kehidupan

Jepang bukanlah sebuah negara yang berdiri tanpa adanya sejarah yang melatarbelakanginya. Sekali pun pada saat ini, Jepang dianggap sebagai negara maju dengan moralitas masyarakatnya yang tinggi, cinta budaya dan mashyur dengan teknologi-teknologinya yang canggih, namun jauh sebelum itu Jepang adalah negara yang sangat terbelakang. Hingga akhirnya sebuah pembaruan muncul dan mengubah Jepang menjadi seperti sekarang ini. Pembaruan ini dikenal dengan sebutan Restorasi Meiji, secara singkat ialah sebuah gerakan pembaruan yang mengubah cara pandang bangsa Jepang, sehingga cenderung berkiblat pada bangsa Barat dengan tujuan untuk menjadi bangsa yang beradab. Yakni yang berpedoman pada Bushido. Menurut Nitobe Inazo dalam bukunya Bushido: The Soul of Japan, sumber ajaran bushido ini adalah ajaran Buddha dan ajaran Konfusianisme. Nitobe banyak mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Baru dan kata-kata mutiara dari para tokoh Eropa sebagai pembanding untuk menunjukkan esensi dari bushido sebenarnya sama dengan ajaran dalam Kristen dan semangat Eropa.1 Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bangsa-bangsa Barat, bahwa Jepang adalah bangsa yang beradab.

Bahkan untuk mengenang peristiwa bersejarah ini, Jepang mengadakan sebuah festival yang dinamakan Black Ships Festival yakni sebuah festival yang mempertunjukan berbagai kesenian dan kebudayaan Jepang. Festival ini diadakan antara tanggal 16 dan 18 Mei. Kesenian dan kebudayaan yang ditampilkan yakni Taiko, Origami, Ikebana, Upacara Minum Teh dan lain sebagainya.2 Bahkan orang-orang Barat pada saat festival itu pun terlihat menggunakan pakaian tradisional Jepang untuk memeriahkan acara.

Singkatnya, Jepang mengenang kembali kedatangan black ships atau kapal hitam yang pada saat itu datang ke Jepang. Kedatangan kapal hitam ini pula yang menjadi titik awal Jepang mulai membuka mata terhadap dunia luar.

Namun pertanyaan yang muncul di benak penulis ialah apakah Jepang sudah benar-benar berubah menjadi bangsa yang beradab? Apa definisi sebenarnya dari beradab itu sendiri? Apakah keputusan Jepang untuk berkiblat pada Barat itu adalah keputusan yang tepat? Dan apa makna sebenarnya dari Black Ships Festival? Seolah bangsa Jepang begitu merayakan kedatangan kapal hitam sehingga membuatnya menjadi sebuah festival yang selalu diadakan setiap tahun.

Hal ini berkaitan dengan latar belakang Black Ships Festival. Yakni bermula pada awal abad ke-17, rezim Tokugawa mengusir orang-orang Portugis yang hendak berdagang dan menyebarluaskan ajaran agama Kristen (Katolik) dan melarang orang-orang Jepang pergi ke luar negeri serta melarang orang-orang Barat (selain orang Belanda) untuk datang ke Jepang.

Kecintaannya terhadap budaya tradisional, membuat masyarakat Jepang merasa khawatir jika ajaran-ajaran asing itu akan membuat kehidupan berbangsa menjadi kacau seperti rakyat yang membangkang pemerintah dan lain sebagainya. Maka hal inilah yang membuat Jepang semakin menutup diri dan tidak ingin melihat dunia luar.

Namun pada tahun 1850, sebuah Komodor Perry datang ke Jepang membawa utusan dari Amerika Serikat seolah memaksa Jepang untuk membuka diri dengan cara ikut bekerja sama dalam perdagangan Amerika Serikat. Selain Amerika Serikat, sejumlah negara seperti Inggris, Prancis, Rusia, dan Belanda juga menyodorkan permintaan yang sama pada Jepang.

Sejak saat itulah, Jepang mulai berinteraksi dengan bangsa Barat. Kedatangan orang-orang Barat, memaksa Jepang mengakui bahwa negaranya sangat terbelakang dalam hal ekonomi, industri dan militer. Hal ini diperkuat juga dengan sebuah misi yang dilakukan oleh Iwakura Tomomi, yang ditunjuk oleh pemerintahan Jepang melakukan sebuah perjalanan ke negeri-negeri Barat untuk membuktikan kehebatan bangsa Barat. Fakta keterbelakangannya inilah yang juga memaksa Jepang menerima perlakuan tidak adil dari bangsa-bangsa Barat.

Sehingga inilah yang membuat Jepang sedikit membuka mata. Dengan berkiblat pada bangsa Barat sebagai acuan untuk menjadi bangsa yang beradab. Namun masih ada perasaan khawatir dalam hati rakyat Jepang. Yakni mengenai agama Kristen yang dibawa oleh bangsa Barat. Mereka menganggap bahwa agama Kristen mewakili kekuatan asing yang berpotensi menjajah Jepang.

Meskipun demikian, mereka tetap meniru budaya bangsa Barat dalam segala aspek demi mewujudkan keinginannya. Seorang penulis buku yang juga seorang tenaga pendidik mengenai sejarah dan masyarakat Jepang di Program Studi Kajian Jepang, Susy Ong, menjelaskan dalam bukunya Seikatsu Kaizen bahwa masyarakat Jepang secara membabi-buta meniru penampilan Barat hanya demi terlihat ‘beradab’ padahal sangat kocak dan tidak rasional.3 Hal ini tidak lain disebabkan karena ambisi rakyat Jepang yang ingin menjadi bangsa yang ‘beradab’.

Pada akhir tahun 1860-an, pemerintah yang melarang rakyat Jepang berinteraksi dengan bangsa-bangsa Barat, tumbang, digantikan oleh rezim baru dibawah Kaisar Meiji, yang proaktif menyerukan agar belajar dari Barat dalam rangka untuk ‘menciptakan Jepang yang beradab’. Puncaknya yakni pada tahun 1868, Jepang benar-benar berubah, baik pada struktur politik dan sosial. Sehingga peristiwa ini disebut sebagai Restorasi Meiji.

Namun ada hal menarik di sini, yakni alih-alih sejak Restorasi Meiji rakyat Jepang seolah sudah mencapai pada tingkat menjadi bangsa yang beradab, namun pada kenyataannya saat ini Jepang seolah kembali pada masa sebelum pembaruan itu.

Pedoman masyarakat Jepang dalam beradab ialah Bushido. Namun isi dari ajaran bushido itu sendiri masih bergantung pada ajaran Barat, sehingga tidak pasti dan cenderung berubah-ubah. Maka dalam praktiknya, penuh dengan subjektivitas karena harus disesuaikan dengan pandangan Barat, sedangkan setiap manusia memiliki kepentingan dan keinginannya sendiri.

Namun terlepas dari hal itu, tidak ada yang bisa menafikan bahwa pada saat ini Jepang dipandang sebagai sebuah negara dengan moralitas masyarakatnya yang sangat tinggi. Cinta akan kebersihan, santun terhadap sesama, disiplin, sangat menghargai waktu dan lain sebagainya. Namun khususnya pada sistem pergaulan di negara tersebut, seolah menunjukkan bahwa Jepang belum sepenuhnya menjadi apa yang mereka inginkan. Bagaimana hubungan seks seolah menjadi sesuatu hal yang lumrah, bahkan alih-alih mereka membuang kebiasaan mabuk-mabukkan namun pada saat ini hal itu seolah menjadi budaya yang tidak dapat dipisahkan dari Jepang.

Semua ini sangat masuk akal, mengingat kiblat Jepang untuk berubah ialah bangsa-bangsa Barat dengan berpedoman pada bushido. Citra bangsa Barat dikalangan masyarakat ialah sebagai negara penjajah. Bahkan bagi Indonesia sekali pun, pandangan itu tetap berlaku. Gaya hidup bebas di sana pun masih ada hingga sekarang. Hal ini membuktikan bahwa manusia memiliki kepentingan dan keinginannya sendiri sehingga pandangannya tidak bisa dijadikan sebuah pedoman dalam berperilaku.

Namun sejarah seolah memainkan retorikanya sendiri. Membuat sejumlah narasi seolah bangsa Barat adalah bangsa yang agung. Padahal jauh sebelum bangsa Barat di agung-agungkan, ada sebuah negeri yang amat sangat terkenal dengan adabnya dan intelektualitasnya yang sangat tinggi, yakni Daulah Islamiyah.

Adalah sebuah negara yang beradab, berintelektualitas tinggi dan maju dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan lainnya. Bahkan pada masa kejayaannya, Daulah Islamiyah menjadi mercusuar peradaban dunia ketika peradaban Eropa yang pada saat itu sedang dalam kondisi gelap gulita, sebelum akhirnya Daulah Islamiyah runtuh pada tahun 1924.

Namun terlepas dari hal itu, selama negara ini tegak dan melakukan banyak sekali futuhat atau penaklukan di beberapa negara, Daulah Islamiyah tidak pernah dicap sebagai negara penjajah. Hal ini karena dalam praktiknya, bukan hanya kaum muslim namun semua masyarakat yang ada di negara tersebut (yang berbeda agama) benar-benar melakukan penaklukan dengan menunjukkan adab yang tinggi, adil dan menginginkan sebuah keputusan yang terbaik untuk kedua pihak. Lalu apa yang mendasari mereka sehingga bisa menjadi seperti itu?

Seorang penulis Taqiyuddin An-Nabhani dalam bukunya Nizham Al-Islam menjelaskan bahwa bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta dan manusia. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi) terhadap segala sesuatu.4 

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa syakhshiyah (kepribadian) pada setiap manusia terbentuk oleh ‘aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap)-nya. Maka hal inilah yang ditekankan oleh islam, untuk senantiasa memikirkan apa pun yang ada di dunia ini agar terbentuk pola pikir yang benar. Sementara pemikiran yang benar ialah pemikiran yang dapat membuat hati menjadi tenang, masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia (memanusiakan manusia).

Maka dari proses berpikir inilah akan tercipta sebuah kesadaran yang tinggi terhadap sebuah Dzat Maha Besar, yakni Sang Pencipta. Sebagaimana para filsuf terdahulu yang mencari eksistensi Tuhan hingga akhir hayatnya. Hal ini membuktikan bahwa Sang Pencipta, yakni Tuhan, tidak bisa dinafikan begitu saja seolah keberadaannya tidak ada. Sehingga ketundukkan ini pula yang akan membuat manusia lebih beradab karena berpedoman pada kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, Al-Qur’an. Yakni sebuah kitab atau pedoman yang pasti, tidak ada sudut pandang selain-Nya dan tidak akan berubah.

Sekali pun sejarah seolah membungkam Daulah Islamiyah untuk menunjukkan diri, namun peninggalan-peninggalannya seolah menjadi bukti bahwa sebuah negara beradab dengan intelektualitasnya yang tinggi itu pernah ada. Salah satu bukti dedikasi ilmuwan muslim terhadap bidang pendidikan ialah Al-Khawarizmi sebagai penemu angka nol, penggagas algoritma dan perintis konsep aljabar. Ilmu pengetahuan yang berasal dari ilmuwan muslim masih dipakai pada saat ini, meski pun narasi dibalik semua ilmu pengetahuan itu seolah tiba-tiba hilang.

Hal yang patut untuk disayangkan ialah Jepang lebih condong terhadap Barat tepat ketika Daulah Islamiyah mengalami kemunduran, yakni satu abad sebelum Daulah Islamiyah runtuh pada tahun 1924. Hal yang memilukan adalah sebab dari kemunduran Daulah Islamiyah itu sendiri, yakni karena pengaruh Barat yang mulai mencampuri urusan negara, sedangkan Jepang seolah menerima kedatangan Barat sebagai suatu cara untuk membuatnya ‘lebih beradab’.

Namun dari kenyataan ini setidaknya kita dapat mengetahui suatu hal bahwa keinginan Jepang sangatlah sederhana yakni ingin mendapatkan pengakuan dari dunia. Terbukti dengan diadakannya Black Ships Festival, seolah menunjukkan bahwa kedatangan kapal hitam Amerika Serikat pada saat itu adalah sebuah cahaya baru bagi Jepang untuk berubah. Namun alih-alih sejak Restorasi Meiji, Jepang menjadi bangsa beradab dengan berkiblat pada Barat, justru Jepang terlihat seperti sedang dijajah oleh mereka dengan dipaksa untuk menuruti semua budaya Barat.

Sementara islam sejatinya tidak akan memaksa, justru islam yang akan memuliakan mereka menjadi bangsa yang beradab, menyadarkan mereka bahwa bukan Bushido yang menjadi pedoman dalam beradab namun Al-Qur’an yang akan menjadikannya demikian.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1 Seikatsu Kaizen, Susy ONG, hal. 82-83, cetakan ketiga, 2018.
2 https://blackshipsfestival.com
3 Seikatsu Kaizen, Susy ONG, hal. 14, cetakan ketiga, 2018.
4 Nizham Al-Islam, Taqiyuddin An-Nabhani, hal. 7, cetakan ke-12, 2013.

Belajar dari Naruto

1/15/2019 Add Comment
belajar-dari-naruto-jurnal-kehidupan-2

   Bagi seorang penggemar Anime, tentu kisah Naruto ini sudah tidak asing lagi, apalagi bagi mereka yang masih update kisah Naruto ini. mulai dari naruto kecil sampai sekarang ketika dia sudah punya keluarga dan keturunan. Namun yang menarik, kisah Naruto ini benar-benar menginspirasi para penonton/pembaca manga (komik)nya.

   dikisahkan bahwa Naruto adalah anak bodoh, tertinggal dari segi akademik dibandingkan dengan yang lainnya, selain itu anak ini juga sangat nakal, dia tidak segan mencoret patung para hokage di desa Konoha hanya demi mendapatkan perhatian yang lebih. disisi lain, siluman ekor 9 yang bersemayam dalam tubuhnya ini juga menjadi alasan para warga konoha untuk menjauhi naruto, pasalnya siluman ekor 9 yang lazim disebut kyuubi ini telah menjadi ancaman yang serius bagi para shinobi, dan menjadi pemicu meletusnya perang shinobi ke 3 kala itu. lengkap sudah penderitaan uzumaki naruto ini.

   sedih, marah, benci, semua itu berkecamuk dalam diri uzumaki naruto kecil, tak ada kasih sayang orangtua, itu pula yang ia rasakan. kemudian melihat nasib sasuke yang menjadi yatim piatu semenjak tragedi pembantai keluarga (klan) uchiha oleh uchiha itachi, naruto melihat bahwa sasuke senasib dengannya, dan berusaha menjadikan dia sebagai sahabatnya. meski kemudian sasuke kala itu tidak mau dianggap sahabat oleh naruto, karena dari berbagai aspek sangat jauh berbeda bagai langit dan bumi.

   dalam kisahnya yang panjang, naruto kemudian bercita-cita untuk menjadi hokage. dia sangat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. dia tak pernah menarik kembali ucapannya. bahkan mungkin warga desa konoha kala itu pasti penertawakan keinginan naruto, karena dia hanya ninja yang bodoh dan anak yang nakal. kemudian naruto membuktikan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh atas cita-citanya sebagai hokage. bahkan ketika sasuke diculik oleh orochimaru, naruto dengan teman-temannya pantang menyerah untuk membawa kembali sasuke kedesa. meskipun mereka kemudian harus berduel di lembah kematian, dan sasuke kemudian membuat keputusan untuk bergabung dengan orochimaru.

   Naruto dengan pantang menyerah dia mengerahkan seluruh kekuatannya, meskipun padakala itu bisa dikatakan bahwa ia telah kalah dari sasuke, tapi perjalannya menuju cita-citanya sebagai hokage terus berlanjut. dia tak pernah berputus asa atas apa yang ia miliki, bahkan sebagai siluman ekor 9. ia berusaha keras agar bisa mengendalikan kyuubi dalam dirinya, berguru pada orang-orang hebat. bahkan bertempur dengan ninja-ninja kelas S. singkatnya naruto di dewasakan oleh keadaan, namun dengan penuh kesadaran. dia tetap ingat terhadap tujuannya. sehingga ketika dihadapkan dengan halangan, rintangan, dan hambatan. dia bisa melaluinya meski pada saat-saat krisis.

  "Jangan Menunggu Hebat untuk Membuat Perubahan. Tapi, Lakukan Perubahan untuk Menjadi Hebat!"
  
   Begitulah  ungkapan yang ia lontarkan pada beberapa orang yang bernasib sama dengannya. sehingga tidak sedikit orang-orang yang kemudian percaya dan menaruh harap terhadap Naruto. atas kegigihan, dan ketidak putusasaan Naruto dalam menghadapi berbagai hambatan, akhirnya banyak orang yang percaya kepadanya. kemudian ketika meletusnya perang shinobi ke 4, sumbangsih Naruto dalam perang ini tidak terhitung, bahkan ia membagikan kekuatan (chakra) kyuubi (siluman ekor 9) kepada para shinobi dari aliansi 5 negara besar. sehingga hal ini menghapus persepsi tentang mengerikannya kyuubi dalam naruto dan menggantinya menjadi persepsi betapa besarnya kekuatan kyuubi dalam menghadapi ancaman mugen tsukuyomi yang dilancarkan oleh Obito Uchiha, serta Uchiha Madara yang dimanfaatkan oleh Kaguya Otsutsuki.

    Kemudian perang Shinobi ke 4 telah berakhir dengan tersegelnya Kaguya Otsutsuki oleh tim 7, dan berakhir dengan duel terakhir antara Uchiha Sasuke dan Naruto Uzumaki kesekian kalinya di lembah kematian yang membuat tangan kanan Naruto serta tangan kiri Sasuke hancur karena ledakan kekuatan Susanoo melawan Kyuubi. kemudian peristiwa tersebut akhirnya menyadarkan Sasuke dan membuatnya kembali ke Desa menjadi pelindung desa dari bayang-bayang. sedangkan Naruto berhasil meraih cita-citanya menjadi hokage. duel terakhir antara Sasuke dengan Naruto tersebut membuktikan bahwa Naruto telah berubah dengan perubahan-perubahan yang besar, bahkan lebih kuat dari Sasuke, karena Sasuke memang berbakat sedari kecil, sangat jauh berbeda dengan Naruto yang bodoh, nakal, dan dibenci warga Konoha itu.

belajar-dari-naruto-jurnal-kehidupan-2

   Naruto Uzumaki telah membuktikan kepada dunia bahwa dia akan menjadi seorang hokage. dia bisa mengendalikan rasa sedih, dan benci terhadap dirinya. dia berusaha menjadi lebih baik dengan apa yang dimilikinya, meski yang dia miliki sangat ditakuti oleh orang-orang disekitarnya. kini, orang-orang yang dulu menjauhinya, mencemoohnya, bahkan menghinanya berbalik menjadi mendukung serta segan kepadanya. begitu luar biasanya kekuatan keseriusan dan ketidak putusasaan itu. semoga kisah Uzumaki Naruto ini menjadi motivasi bagi kita untuk mencapai tujuan hidup kita. bersyukurlah terhadap yang kita miliki saat ini, buktikan kepada dunia, kita dapat mengubah kelemahan menjadi sebuah kelebihan.  

Akhir Desember

Ade Via Widiandeany 1/12/2019 Add Comment

akhir-desember-jurnal-kehidupan


Mungkin ujian ini adalah ujian pertama yang saya dapat.
Apakah saya salah saat mengatakan kata-kata terakhir yang memang itu adalah kata-kata yang sangat menyakitkan untuk mengakhiri semuanya. Tapi saya tidak mengerti mengapa semua itu menjadi hal yang tidak saya inginkan.
Sesak, memang. Napas saya mulai tak karuan saat melihat pesan yang saya terima darinya. Pikiran saya mulai tak karuan. apa? Mengapa? Kenapa?..
Tega sekali dia memutuskan begitu saja, sehingga pesan saya pun tak pernah di balasnya. Bagaimana dengan semua omongan manis dia? Apakah dia akan memutuskan juga seperti terakhir dia memberikan pesan untuk saya?....
Kecewa, tak percaya, itulah yang saya rasakan. Apakah dia tahu mengapa saya berkata seperti itu? Dia tak bertanya sedikit pun tentang pernyataan yang saya berikan. Dia sudah salah besar tentang maksud saya berkata demikian.

Saya tak percaya....


hari berganti hari..
tahun berganti tahun..
tetap tak ada yang berubah, apakah dia sudah melupakan saya? ingin sekali menyusul Dia dan berkata.
"Sungguh  saya tak sanggup, ayo kita perbaiki hubungan ini" 

Di Benci Seseorang

1/12/2019 Add Comment

dibenci-seseorang-jurnal-kehidupan



Di benci seseorang
Pernahkah dibenci seseorang?
Pasti kalian menjawab ada yang pernah dan ada yang belum pernah atau ada yang ingin di benci..?
Jelas tidak ada seorangpun yang ingin di benci.
Perlu kita ketahui kebencian itu...

Apa itu benci?
Mungkin punya arti tersendiri dari apa yang namanya benci...
Namun menurut pendapat saya pribadi "Benci adalah sebuah rasa yang berasal dari hati yang condong pada ketidak sukaan seseorang."
Namun kecondongan itu bisa hadir dari luar hati kita... Bisa hadir dari sebuah ucapan.
Hadir dari sebuah ucapan.
Kita tau sebagaimana lisan itu berfungsi...,
Tak sedikit dari mereka yang tidak menjaga lisannya, terutama berkata kepada seorang teman ,saudara,ataupun yang lainnya.

Hingga tak sedikit timbul kebencian darinya,sebab apa yang ia katakan akan tersimpan dalam ingatan dan hatipun akan bersedia merespon tentang ucapan itu yang akan menanam sebuah kebencian.
Namun tak sedikit pula dari mereka yang tidak peduli dengan apa yang orang lain ucapkan, entah itu ucapan yang kotor,menghina ataupun ucapan yang membuat sakit hati itu ada.
Maka jadilah orang yang tidak peduli kepada kebencian!
" If you hate me?, I don't care"

Dan ingat! ketika kita tidak memperdulikannya,bukan berarti kitapun membencinya sehingga berujung persaudaraan itu terputus.
Memanglah berat ketika kita menerimanya...
Namun tahukah kamu?
Bahwa kehadirannya dapat menguatkan hatimu,supaya kamu menjadi orang yang tegar...
Belajarlah untuk memaafkan.

Tapi kan....dia....
Tidak ada tapi tapian!
Maafkanlah...
Ingat, Allah itu maha pemaaf, ketika kamu meminta maaf pada Allah, insha Allah akan di maafkan.
Namun ketika minta maaf kepada manusia belum tentu di maafkan, hingga akan menjadi pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Berpikirlah ketika kamu berada di posisinya... Bagaimana menurutmu?
Kalaulah bisa kamu dapat merubahnya menjadi orang yang baik..., Hingga Hidayah itu ia dapatkan.

Bersujudlah

1/12/2019 Add Comment

bersujudlah-jurnal-kehidupan

Wahai sahabat sahabatku...
Memanglah dunia itu penuh dengan permasalahan...
Penuh kekecewaan...
Penuh penderitaan...

Semua itu datang tak terduga dan tak pernah kita menginginkannya.

Kitapun menginginkan masalah itu dapat terselesaikan,
Kekecewaan dapat terobati,
Penderitaan dapat terhenti,

Namun hal itu tak mudah untuk kita hadapi...

Lantas mengapa engkau merasa mampu mengadapi?

Wahai sahabat sahabatku...
Jika engkau tak mampu mengadapi masalah yang selalu hadir dalam hidupmu, bukan kah engkau mempunyai illahi rabbi yang selalu ada di dalam suka duka pada diri, Dialah Allah yang dengan Rahman-nya engkau dikasihi dan dengan Rahim-nya engkau disayangi...

Bersujudlah pada-Nya dan tuangkan permasalahanmu itu, katakanlah apa yang saat ini engkau rasa...

Allah akan mendengarnya, dan mintalah... Apa yang engkau ingin sebab Allah akan memberikannya.

Tak perduli seberapa besar dosa hambanya...
Tak perduli seberapa bejat hambanya...

Yang Allah tau engkau adalah Hambanya, selagi engkaupun mau kembali Menghadapnya..