Tips menilai diri sendiri

1/28/2019
tips-menilai-diri-sendiri-jurnal-kehidupan

"Hisablah dirimu sebelum dirimu sendiri dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum perbuatanmu ditimbang." (Umar bin Khattab r.a)

Ungkapan sayyidina Umar bin Khattab di atas agaknya tepat sekali untuk membuka pembahasan kita tentang menilai diri sendiri. kita faham bahwa menilai diri sendiri tidaklah mudah. bahkan yang terjadi adalah, kita dengan mudah menilai oranglain. bahkan tak segan penilaian kita sangat subjektif, hasilnya kerapkali kita menilai buruk oranglain. parahnya orang tersebut adalah orang-orang yang dekat dengan kita, bahkan bisa jadi mereka yang selalu mendukung perjuangan kita untuk meraih cita-cita. sungguh mengerikan.

Sebelum membaca lebih jauh, agaknya harus difahami terlebih dahulu bahwa artikel ini tidak menunjuk person to person, jadi maaf bila artikel ini membuat beberapa hati menjadi sakit karenanya. bahkan sejatinya artikel ini dibuat untuk penulis sendiri. untuk menjadi pengingat diri atau self reminder. semoga pembaca semua memahami sudut pandang artikel ini, aamiin ya rabbal'alamiin.

1. Bercermin diri
Langkah pertama adalah bercermin diri, maksudnya bukan bercermin secara harfiah, lebih dari itu kita harus bisa melihat ke arah diri kita. coba lihat diri kita, sejatinya kita ini memiliki sisi positif dan sisi negatif. kedua sisi ini sebenarnya cuma kita pribadi yang tahu, oranglain hanya meraba-raba, menilai dari yang sekedar terlihat. kita bisa melihat kedua sisi ini dengan tampak nyata jika dihadapkan dengan kesepian, kesendirian, atau kesunyian yang kemudian dibandingkan dengan penilaian oranglain secara harfiah kepada kita.

Jika kita dinilai sebagai sosok yang baik, berakhlak mulia oleh orang-orang terdekat kita, bahkan mereka tidak segan menggantungkan kepercayaan kepada kita. Namun ketika kita masih bisa berfikir kotor, atau bahkan berbuat maksiat ketika dihadapkan dengan kesendirian, atau kesunyian, berarti itulah sosok asli kita. sosok yang kontradiktif dengan penilaian oranglain. maka, solusinya adalah sesali, dan segera bertaubat. selagi pintu taubat masih terbuka kemudian perlahan merubah sifat tersebut.

2. Islam sebagai tolak ukur
Seperti yang kita ketahui, islam bukanlah agama yang hanya mengatur ibadah ritual, atau ibadah mahdah saja. tapi islam mengatur segalanya, islam mengatur kehidupan. mengatur hidup kita dari bangun tidur sampai tidur lagi. sehingga, dalam menilai diripun, seharusnya islamlah yang menjadi tolak ukur. sebab islam menilai hubungan kita dengan Allah swt sebagai ibadah yang bersifat vertikal, menilai juga hubungan kita dengan sesama serta lingkungan sebagai ibadah yang bersifat horizontal, dan terakhir menilai hubungan kita dengan diri kita sendiri.

Hubungan dengan diri sendiri ini harus berlandaskan dengan kepribadian islam. sebab, jika tidak berlandaskan islam maka tidak akan berdampak baik, justru sebaliknya akan menghasilkan dua sifat yang berbeda pada diri kita. sederhananya, baik dihadapan oranglain, tidak merugikan oranglain adalah baik, meskipun ketika kita sendiri terkadang kita menyakiti diri sendiri, tapikan kita tidak menyakiti oranglain. sehingga hal ini baik. inilah yang dihasilkan ketika kita menjadikan selain islam sebagai tolak ukur. tapi sebaliknya, jika kita menjadikan islam sebagai tolak ukur.

Islam menilai bahwa berbohong, atau menyakiti diri sendiri adalah perbuatan buruk, apalagi menyakiti oranglain. sehingga jika terjadi sikap perilaku yang menunjukan kita mendzolimi diri sendiri, maka kita harus faham bahwa mendzolimi diri sendiri adalah dosa, tidak boleh dilakukan. artinya kita harus segera sadar bahwa kita ini seorang muslim, dimana setiap sikap perilaku kita terikat dengan hukum syara'.

3. Fahami identitas diri
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kita harus sadar bahwa identitas kita adalah seorang muslim. dimana setiap aktivitas kita terikat dengan hukum syara', yakni halal, sunah, mubah, makruh, serta haram. apalagi kita memahami betul bahwa islam adalah agama yang komplit, lebih komplit dari pada jamu komplit mengatur seluruh aspek kehidupan, dan juga agama yang telah diridhai Allah swt, melalui firmanNya :

“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19)

Kemudian untuk tetap menjaga identitas kita, ditengah hiruk pikuk serangan sekulerisme, yang memaksa kita menjauhkan islam dari kehidupan. maka solusinya adalah tetap menjaga keimanan kita, dengan cara mengikuti kajian islam, senantiasa membaca artikel islami, video islami dari ustad-ustad yang luas keilmuannya, sehingga dengan begitu kita akan bisa menjaga identitas keislaman kita. Bahkan bukan hanya menjaga, dengan demikian kita dapat meningkatkan keimanan kita, sehingga lebih semangat dalam mengkaji islam, meskipun banyak halang dan rintang yang siap menghadang.

4. Memantaskan diri
Setelah kita menyadari bahwa agama yang kita pilih sebagai jalan hidup kita adalah islam, maka pantaskan diri kita sebagai pemeluknya. pantaskan diri kita bahwa kita benar-benar pantas untuk memperbaiki, serta menilai diri dari sudut pandang islam. sebab islam adalah pandangan hidup yang dapat melahirkan jalan hidup. jika kita memandang semuanya dengan islam, begitupula memandang serta menilai diri kita dengan islam, maka jalan hidup kita tidak lain adalah islam. maka, pantaskan diri kita untuk melaksanakan segala perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya.
Pantaskan bahwa kita pengikut Nabi Muhammad SAW, yang mana beliau adalah sosok manusia pilihan, kekasihNya, yang mendakwahkan islam keseluruh penjuru dunia. yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. sosok yang begitu dirindukan, bahkan berabad-abad setelah kematiannya.

Maka, dalam proses menilai diri sendiri ini selayaknya kita kemudian memperbaiki diri, mengikuti akhlak Rasul SAW sedikit semi sedikit. meski hal itu begitu sulit. bagaimanapun kita harus berusaha menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita, dalam berbagai hal, dari hubungan dengan keluarga, sampai dengan ruanglingkup yang lebih luas seperti memimpin negara.

5. Mulai melangkah perbaiki diri
Tidak adagunanya jika kita hanya berdiam diri, meratapi perbedaan sifat yang lahir dalam diri kita, ataupun hanya sebatas memahami 4 point di atas yang kemudian hanya berdampak pada keinginan menjadikan Nabi SAW sebagai tauladan tapi tidak ada action-nya, tidak ada geraknya.

"Mulailah perubahan dari hal kecil yang mudah dilakukan, sesederhana ramah kepada setiap orang dengan menebar senyuman." (Umar bin Khattab r.a)

Ucapan sayyidina Umar bin Khattab memang luar biasa, jika diresapi didalamnya sarat akan makna yang begitu luas. yang sangat bermanfaat untuk kita semua yang ingin memperbaiki diri. karena setelah kita faham terhadap 4 point sebelumnya, jika harus memiliki motivasi kuat untuk merealisasikan keinginan kita untuk meneladani Rasulullah SAW. dan ucapan sayyidina Umar bin Khattab ini sangat cocok untuk menjadi pelecut, atau pendorong semangat kita dalam merubah pola sikap kita. mulailah dari hal yang terkecil. perbaiki hubungan dengan sesama, Insya allah kita akan bisa menilai dan merubah diri kita secara perlahan, sebelum kita menilai buruk oranglain. Bahkan mungkin setelah kita menjalankan 5 Tips ini, tidak ada lagi ruang bagi kita untuk menilai oranglain, karena hati kita penuh dengan penilaian-penilaian terhadap diri kita sendiri. Insya allah..

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »