Andai Ada Mesin Waktu

10/21/2017
Oleh : Lutfa Izzatur Rahmah
(Siswa MAN 3 Majalengka | Anggota KIR-Kelompok Ilmiah Remaja)


Siang ini cuaca di negaraku lumayan panas. Ah.. Tidak bukan lumayan memang, cuaca di negaraku selalu panas. Apalagi sekarang sudah memasuki waktu siang hari. Aku berjalan kaki sambil mengamati lingkungan sekitarku. huuuf… sungguh miris yang ku lihat hanyalah pohon dan tumbuhan buatan lain dari plastic entah apa tujuan pemerintah di negaraku. Namun kata ibu ku semua itu di letakan agar yang kita lihat bukan hamparan aspal dan gedung menjulang tinggi. Tapi… Aku bingung kenapa mereka tidak menanam pohon yang asli saja? Aah… aku lupa tidak ada tanah yang subur di sini. Karena terlalu asik berjalan dan berargumen sendiri. Dorrr… “Astagfirullah” aku pun menengok ke sumber suara ternyata itu Tina teman sekolahku dengan polosnya dia tersenyum. Aku pun menatapnya sambil mengangkat sebelah alis ku.

“ Tia kamu kenapa dari tadi aku amati dari belakang kau melamun terus sambil berjalan, apa sih yang kamu lamun kan?” Tanya Tina.

“Gak papa Cuma tadi itu aku sedang berfikir kenapa yang kita lihat di sekeliling kita hanya tumbuhan buatan kenapa aku tidak pernah melihat tumbuhan asli seperti yang di bahas dalam mata pelajaran IPA? pohon itu menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida sedangkan di sekeliling kita hanya hmmm bisa kau lihat sendiri kan.” Ucap ku sambil menatap Tina.

“huuuuf benar juga kemana pohon-pohon hijau dulu yang selalu nenekku ceritakan? mana hujan yang selalu menemani nenekku ketika kecil bermain hujan, mana bunga bunga yang cantik yang di kelilingi kumbang dan kupu-kupu, mana air yang mengalir bersih, mana lautan yang biru? hanya ada laut dan sungai yang tercemari limbah yang ku lihat hmmm.” Ucap nya dengan raut wajah kecewa.

“bukan nya sekarang juga masih ada hujan ya ? memang nya dulu zaman ketika nenek mu kecil dia bermain hujan . bukannya hujan itu berbahaya ya? alumunium saja bisa hancur atau rusak oleh hujan?” Tanya ku bingung.

“dulu kata nenek ku hujan yang turun itu air yang sangat menyegarkan dan tidak merusak. tidak seperti sekarang hujan asam yang bisa merusak alumunium. Coba kau lihat ke atas para ilmuan membuat pelindung untuk Negara kita dari hujan asam entah terbuat dari apa pelindung itu.” Ucap tina sambil menunjuk ke langit. aku pun menatap langit, memang benar ada sebuah pelindung di sana.

“ kau tau bahkan dulu kata nenekku makanan yang di makan itu bervarian rasa dan banyak macam nya tidak seperti sekarang yang kita makan hanya pil pengenyang ini” sambung tina sambil menunjukkan tabung yang berisi pil pil pengenyang.

“Ya aku pun pernah dengar bahkan dulu dianjurkan minimal minum 8 gelas sehari tapi sekarang kita minum air itu maksimal 1 gelas sehari itu karena sulit nya mendapat kan air bersih betapa terasa lumpuhnya tenggorokan ku ini.” Ucap ku sambil mengusap leher yang tertutup hijab.

“kau benar hmmm kenapa manusia jaman dulu tidak berfikir bahwa lingkungan atau alam itu sangat penting. Mereka hanya mementingkan kemajuan dan kecanggihan teknologi dan mereka merusak alam hanya untuk membangun sesuatu. mereka tidak berfikir dampak kepada kita penerusnya . kita tidak bisa merasakan nikmatnya alam dan indahnya alam. Yang kurasakan sekarang percuma, teknologi canggih namun kita tersiksa seperti ini!”

Aku pun melihat pertama kalinya tina meneteskan air mata, ya benar kenapa menusia zaman dulu sangat egois dan tergila gila dengan kecanggihan teknologi. Kenapa mereka tidak melestarikan alam yang indah dan bermanfaat itu. Agar kita di masa depan bisa merasakan nikmatnya dan indahnya alam atau lingkunagan itu.


“andai saja ada mesin waktu ingin sekali aku datang ke zaman dulu untuk memberi tahu bahwa kita di masa depan itu tersiksa. Aku ingin menyuruh mereka untuk menjaga dan melindungi lingkungan dan alam. Agar tidak menyesal dan merugikan masa depan nanti. Yah andai… andai…. Saja ada mesin waktu.”

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »