Oleh : Lutfa Izzatur Rahmah
(Siswa MAN 3 Majalengka | Anggota KIR-Kelompok Ilmiah Remaja)
(Siswa MAN 3 Majalengka | Anggota KIR-Kelompok Ilmiah Remaja)
Siang ini cuaca di
negaraku lumayan panas. Ah.. Tidak bukan lumayan memang, cuaca di negaraku selalu
panas. Apalagi sekarang sudah memasuki waktu siang hari. Aku berjalan kaki sambil
mengamati lingkungan sekitarku. huuuf… sungguh miris yang ku lihat hanyalah
pohon dan tumbuhan buatan lain dari plastic entah apa tujuan pemerintah di
negaraku. Namun kata ibu ku semua itu di letakan agar yang kita lihat bukan
hamparan aspal dan gedung menjulang tinggi. Tapi… Aku bingung kenapa mereka
tidak menanam pohon yang asli saja? Aah… aku lupa tidak ada tanah yang subur di
sini. Karena terlalu asik berjalan dan berargumen sendiri. Dorrr…
“Astagfirullah” aku pun menengok ke sumber suara ternyata itu Tina teman
sekolahku dengan polosnya dia tersenyum. Aku pun menatapnya sambil mengangkat
sebelah alis ku.
“ Tia kamu kenapa
dari tadi aku amati dari belakang kau melamun terus sambil berjalan, apa sih
yang kamu lamun kan?” Tanya Tina.
“Gak papa Cuma
tadi itu aku sedang berfikir kenapa yang kita lihat di sekeliling kita hanya
tumbuhan buatan kenapa aku tidak pernah melihat tumbuhan asli seperti yang di
bahas dalam mata pelajaran IPA? pohon itu menghasilkan oksigen dan menyerap
karbondioksida sedangkan di sekeliling kita hanya hmmm bisa kau lihat sendiri
kan.” Ucap ku sambil menatap Tina.
“huuuuf benar juga
kemana pohon-pohon hijau dulu yang selalu nenekku ceritakan? mana hujan yang
selalu menemani nenekku ketika kecil bermain hujan, mana bunga bunga yang
cantik yang di kelilingi kumbang dan kupu-kupu, mana air yang mengalir bersih,
mana lautan yang biru? hanya ada laut dan sungai yang tercemari limbah yang ku
lihat hmmm.” Ucap nya dengan raut wajah kecewa.
“bukan nya
sekarang juga masih ada hujan ya ? memang nya dulu zaman ketika nenek mu kecil
dia bermain hujan . bukannya hujan itu berbahaya ya? alumunium saja bisa hancur
atau rusak oleh hujan?” Tanya ku bingung.
“dulu kata nenek
ku hujan yang turun itu air yang sangat menyegarkan dan tidak merusak. tidak
seperti sekarang hujan asam yang bisa merusak alumunium. Coba kau lihat ke atas
para ilmuan membuat pelindung untuk Negara kita dari hujan asam entah terbuat
dari apa pelindung itu.” Ucap tina sambil menunjuk ke langit. aku pun menatap
langit, memang benar ada sebuah pelindung di sana.
“ kau tau bahkan
dulu kata nenekku makanan yang di makan itu bervarian rasa dan banyak macam nya
tidak seperti sekarang yang kita makan hanya pil pengenyang ini” sambung tina
sambil menunjukkan tabung yang berisi pil pil pengenyang.
“Ya aku pun pernah
dengar bahkan dulu dianjurkan minimal minum 8 gelas sehari tapi sekarang kita
minum air itu maksimal 1 gelas sehari itu karena sulit nya mendapat kan air
bersih betapa terasa lumpuhnya tenggorokan ku ini.” Ucap ku sambil mengusap leher
yang tertutup hijab.
“kau benar hmmm
kenapa manusia jaman dulu tidak berfikir bahwa lingkungan atau alam itu sangat penting.
Mereka hanya mementingkan kemajuan dan kecanggihan teknologi dan mereka merusak
alam hanya untuk membangun sesuatu. mereka tidak berfikir dampak kepada kita
penerusnya . kita tidak bisa merasakan nikmatnya alam dan indahnya alam. Yang
kurasakan sekarang percuma, teknologi canggih namun kita tersiksa seperti ini!”
Aku pun melihat
pertama kalinya tina meneteskan air mata, ya benar kenapa menusia zaman dulu
sangat egois dan tergila gila dengan kecanggihan teknologi. Kenapa mereka tidak
melestarikan alam yang indah dan bermanfaat itu. Agar kita di masa depan bisa
merasakan nikmatnya dan indahnya alam atau lingkunagan itu.
“andai saja ada
mesin waktu ingin sekali aku datang ke zaman dulu untuk memberi tahu bahwa kita
di masa depan itu tersiksa. Aku ingin menyuruh mereka untuk menjaga dan
melindungi lingkungan dan alam. Agar tidak menyesal dan merugikan masa depan
nanti. Yah andai… andai…. Saja ada mesin waktu.”
EmoticonEmoticon