Ada apa dengan cinta?

11/29/2017
Oleh Ayahku, Maman Sulaeman

ada-apa-dengan-cinta-jurnal-kehidupan


Dalam kubangan sepi hari-hari betapa sunyi melintasi waktu-waktu berlari. Tiada hasrat tanpa gairah. Memendam lalu mengubur perasaan luka yang membekas memang tidak mudah dan tidak mungkin untuk melupakan sepanjang ingatan. Lagi-lagi soal cinta bikin heboh dikalangan remaja yang mulai mengenal cinta. dan memang semua orang pun menginginkan cinta dan dicinta tapi yang perlu diingat dan diwaspadai yang berawal dari situ akan hadir dilema bahagia atau sengsara karena cinta. Derita cinta yang mendera membikin frustasi dan patah hati. Kelam pekat dalam kegelapan tiada kemilau petunjuk jalan berlalu tanpa arah di kegelapaan lantas merana. banyak sudah kisah kasih yang cintanya tak kesampaian yang menyebabkan tragis yang berkepanjangan. Ribuan bahkan jutaan orang terperdaya karena frustasi. Orang bercinta punya kebahagiaan tersendiri, hati selalu bahagia berbunga-bunga katanya mirip adam dan hawa ketika di surga.

Tapi sungguh tragis bila orang putus cinta tentu akan timbul dilema yang sangat berat, dan bertolak belakang dari yang diharapkan. Itu biasanya akan membawa perubahan kepada fisik. Kalau tidur tiada lelap, makan terasa sekam, minum terasa duri, hitam dikatakan putih, lalu putih dikatakan hitam, lantas untuk apa hidup kalau terus menerus memamah-mengunyah buah duri derita cinta dan mabuknya pun akan memuntahkan segala isi kekecewaan dan memburalakan segala ungkapan. Derita demi derita kemana pergi membawa luka, luka dari liku-liku perjalanan cinta, dalam keputusasaan lebih baik tak laku-laku ketimbang hidup menderita karena cinta. Dalam renungan panjang tentunya akan timbul buah dari pemikiran dan banyak pertanyaan. Adanya pemikiran yang tertumpu dan terarah soal cinta kasih pada awalnya.

Cinta itu kasat mata, lahir dari naluri sejuta rasa. Kehadirannya misteri penuh teka-teki. Tumbuh tanpa disemai subur tanpa dipupuk benih-benih itu akan tumbuh dengan sendirinya, jangan terlalu memanjakan cinta berhalusinasi dengan kemesraan apalagi memfokuskan imajinasi kepada sang kekasih itu akan merusak dan terkikisnya kebenaran secara perlahan.

Sadarlah wahai tutup termos, songkok kumal. Bahwa hidup tidak sendiri ada tiga teman batin yang selalu mengiringi. Nafsu, akal, dan hati sebagai penentu apa yang akan dilakukan. dan pacaran adalah ajakan nafsu yang menggiring ke arah maksiat dan dosa. Jangan menyemai benih dosa sebab kebanyakan dosa akan terjadi kerasnya hati. panjangnya angan-angan menjadikan lupa diri condong akan poya-poya kesenangan dunia, lalu bagaimana konsep hidup sesudah mati? Coba apa persiapannya, Jangan menggunakan aji : "selagi muda gonta-ganti pacar, selagi kaya poya-poya mati masuk surga" itupun kalau bisa, Coba renungkan, yang dilakukan terlalu banyak kesalahan sehingga hidup tidaklah berarti apa-apa dan tidak berguna sama sekali, dari akibat banyaknya dosa yang dilakukan. juga perlu diingatkan siapa kita yang sebenarnya. kita sering melakukan dosa karena kita salah pengabdian dan pada mestinya kita ini abdi Allah bukan abdi nafsu. sekali lagi kita ini abdi Allah bukan abdi nafsu. maka cegahlah nafsu dari segala keinginannya. dan kasmaran itu membangkitkan nafsu paling sulit untuk membendungnya. Cinta bukanlah anugerah, tapi musibah dengan adanya fakta, orang putus cinta sapai sekarat kadal gelojotan nungging-nungging. yang lagi adem dalam bercinta pun tentu lambat laun akan mengalami hal yang sama. berdasarkan hal itu, hindarilah berpacaran dan stop sampai disini! Bagi yang sudah kadong putus cinta, bersabarlah. jangan pasang aksi, cari sensasi, mengada-ada ide gila, sampai mabuk segala, dunia jangan dibikin onar karena ulah.

Tampakan wajahmu dengan keceriaan. artinya jangan menampakan mimik muka kuyu kaya kuya kekenyangan baper. Kendati pun masih tersisa luka karena putus cinta, sebisa mungkin melupakan mantan kekasihmu itu. toh, kita masih bisa mencari hikmah dibalik duka. kalau benci katakan benci. jangan benci tapi rindu, malah nanti persoalannya menambah runyam. Rasanya memang sulit untuk menahan rindu yang menggebu-gebu. ya, karena ada ikatan batin yang melilit di sekujur tubuh dan tak mungkin terlepas begitu saja. dan sebabnya tali pengikat itu kita sendiri yang membuatnya. Kalau kita sadar proses pembuatan tali itu, dimana kita lagi anteng membayangkan wajah si dia dengan halusinasi yang di bubuhi kebahagiaan dan kesenangan maka terjadilah fokus pikiran yang tertuju ke arah sasaran, itu semua tertanda adanya proses tali kekang sebuah ikatan batin. semakin panjang halusinasi, semakin panjang pula ikatan itu. Dengan putusnya pacaran putus pula tali pengekang itu. Putus cinta sangat sakit rasanya, itu resikonya orang pacaran. dan dengan sengaja memutuskan tali percintaan itu merupakan keputusan yang terbaik. Rasa sakit itu akan perlahan-lahan hilang, tergantung perasaan rindu itu hengkang dari keinginan, sebaliknya jangan coba-coba untuk berpacaran kalau nggak mau menahan resikonya. bukan cuma itu, tapi pacaran itu memudahkan melakukan maksiat dan dosa, lalu ada apa dengan cinta? Ambivalency, baper, selagi kita pacaran dan jangan beranggapan bahwa pacaran itu dua hati yang menyatu, tapi dua hati yang saling ketemu, dia-dia, kita-kita!! Wahai tutup termos, peci kumal.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »