MERAIH GEMERLAP BINTANG

11/17/2017
 Oleh Ayahku, Maman Sulaeman

meraih-gemerlap-bintang-jurnal-kehidupan

Tertatih meniti perjalanan waktu yang kutempuh, banyak sudah serpihan-serpihan duka yang ku lampaui. Betapa tragisnya hidup ini banyak ratapan, hujan air mata, ku jadikan agenda sepanjang perjalanan hidupku. Derap langkahku terasa berat. Tertatih-tatih dalam kegelapan. disaat-saat seperti itu aku sangat mengharap penuh rindu pada seberkas sinar guna penentu arah supaya aku tidak salah melangkah. Bukan cuma itu, tapi bisa memprediksi berapa jauhkah untuk menggapai tepian harapan.

Terlalu banyak rintangan yang menghalangi perjalanan ini. Berapa kali langkahku tersendat dan disaat itu aku hanya bisa merenung mengenang masa laluku yang begitu buram.

Direlung kegelapan, aku berupaya dibalik renungan mencari kejernihan pikiran. Hanya dengan ketenangan pikiran aku timbul gairah dan penyemangat baru. Timbulnya gairah itu, sebisa mungkin melupakan hal-hal yang bisa mematahkan semangat. Serpihan-serpihan duka masa lalu, dari waktu kewaktu sehingga hari biru, itu merupakan warna kehidupan individu.semua insan pun akan merasakan, cuma jalannya yang berbeda.itulah nasib insan di alam maya.

Melangkahi serpihan duka, meloncati cemoohan orang kalau memang langkah mau maju. maka biarkanlah semua berlalu dan cemoohan orangpun akan luntur seiring waktu.

Terkadang pikiranku selalu teringat kepada masa laluku, kalau saja boleh kucatat dari perjalanan hidupku tentunya banyak menghabiskan waktu, tanpa ditulispun sudah penuh mengisi setiap ruang tanpa kosong dibenakku. Makannya apa-apa yang masuk pemikiran-pemikiran yang tak perlu harus kupaksa keluar. lewat ubun-ubun pergi melayang ke awang-awang. Namun pengalaman pahit dan legenda misere tak pernah enyah dalam ingatanku.

Aku hanya mencatat dalam buku diaryku yang ku anggap perlu, supaya dunia tahu. Aku lahir di kota kecil dan dibesarkan disitu pula. bapakku seorang buruh dan ibuku, ibu rumah tangga. Aktivitas kerja bapakku sebagai buruh serabutan, artinya bekerja kalau ada yang menyuruh. Maklum pekerjaan bapakku sebagai seorang pekerja buruh, bapak sering kehilangan pekerjaan. tapi i'tikadku sudah bulat aku ingin terus sekolah sampai ke perguruan tinggi dan tak mau perduli akan penghasilan bapak, aku tetap bersemangat untuk bersekolah. Kedua orang tuaku sangat mendukung inspirasiku walaupun biaya yang hanya pas-pasan, membelaku tak kepalang tanggung. Berkat rahmat Allah, kini aku sudah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi negeri di kotaku. sungguh aku sangat bangga sekolahku bisa berlanjut sampai ke perguruan tinggi. disamping, aku merasa bahagia, masih ada saja segelintir orang yang punya pandangan picik dengan berbagai dalih ejekan terhadap keluargaku gara-gara aku masuk ke perguruan tinggi, sungguh ironis sekali. aku tidak mau ribed dengan mereka, dan aku tidak mau perduli.

Mereka menyangka aku punya keinginan meraih bulan menggapai impian semua tak mungkin tercapai, itu cuma mimpi disiang bolong. Rupanya mereka sangatlah keliru. aku bercita-cita ingin meraih gemerlap bintang atau yang ku maksud ingin terus menuntut ilmu guna penerang jiwa supaya aku tak salah arah menggapai apa yang kuinginkan dan ingin mengabdikan diri kepada yang membutuhkan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »