Prince of The Dragon : Bagian Satu

11/02/2017
Tekad sang Raja

prince-of-the-dragon-jurnal-kehidupan

Dahulu kala Naga menjadi binatang buas yang mengancam kehidupan manusia, mereka kerap memangsa manusia saat merasa kelaparan atau marah. Naga mudah ditemukan di gua, danau, laut, dan puncak gunung merapi.

Kala itu manusia lebih memilih menghindar daripada menghadapinya, memilih hidup secara nomaden agar tidak menjadi santapan para Naga. Saat jaman mulai berubah, manusia tidak lagi hidup secara nomaden. Mereka kini hidup berkelompok dan mulai memiliki profesi. Ada yang menjadi petani, arsitek, pedagang, dan lain sebagainya.

Alat-alat perang mulai ditemukan, diperbaharui, dan digunakan untuk melawan para Naga. Kini manusia telah berkembang pesat dimuka bumi. Mereka mulai mendirikan kerajaan dan membangun benteng pertahanan sebagai pelindung dari buasnya para Naga.

Disebuah benua terhampar luas dataran yang indah, berhiaskan hutan yang asri, dan air sungai yang jernih. Dipinggir sungai yang begitu luas seorang Raja muda berusia 28tahun berdiri tegap memfokuskan pandangan ke arah hutan yang lebat.

"Akanku bunuh kau Naga sialan!!" Tangannya memegang gagang pedang yang terselimuti sarung pedang berhiaskan berlian.

"Thomas!!!" Teriak pemuda berlari ke arah Raja Thomas de Volt yang geram menatap hutan rimbun.

"Johan! Kenapa kau kesini?"

"Kau tak akan bisa kalahkan Naga itu sendirian!! Istrimu khawatir padamu!!" Johan menghampiri Raja Thomas, baju besi yang dikenakannya terlihat gagah menyelimuti tubuhnya.

"Mungkin ini mustahil bagimu! Tapi sebagai raja, aku harus melindungi rakyatku walau nyawa menjadi taruhannya!" Raja Thomas terduduk dibibir hutan yang rimbun, tangannya tak lagi memegang gagang pedang.

Johan membungkuk memberi hormat. Karena Johan adalah teman bahkan sahabat sejak kecil. Raja Thomas meminta agar tidak mengatakan Raja padanya, sebab dia merasa lebih akrab apabila dipanggil seperti biasa. Cukup namanya saja.

"Kau memang Raja! Apa yang kau katakan itu benar. Bahkan tepat sekali. Tapi, tidak bisakah kita fikirkan dulu dengan kepala dingin?? Seperti mengarahkan pasukan kita untuk menangkap Naga itu, atau menjebak Naga itu? Dengan begitu resikonya tidaklah besar" Johan menatap mata sahabatnya yang termenung mendengarkan.

"Kenapa kau berfikir begitu? Kalau kita kerahkan pasukan melawan Naga itu, maka korban akan berjatuhan! Apalagi kalau kita menjebak Naga, tentu kita butuh umpan. Dan kita tidak boleh menjadikan rakyat sebagai umpan!" Johan menatap sungai yang perlahan mengalir, semilir angin terkadang menerbangkan daun-daun yang gugur.

"Tapi, caramu juga salah! Kau biarkan istri dan anakmu yang baru berusia 2 bulan dikerajaan? Bagaimana kalau kau terbunuh? Betapa sedihnya mereka? Ditambah rakyatmu yang begitu membutuhkanmu!"

"aku tahu! Tembok benteng kerajaan kita di perbatasan timur sungai rum sudah hangus terbakar api Naga! Sudahku perintahkan arsitek kerajaan untuk memperbaikinya! Kini rakyatku bahu membahu membangun kerajaan agar lebih aman dari ancaman! Mereka semua sudah sibuk dengan tugasnya, dan aku? Aku hanya duduk disinggasana, hanya memerintah? Itu tidak adil!" Thomas menghela nafas.

"Banyak hal yang dapat kau lakukan sobat!! Kalaupun kau diam, duduk, dan memerintah itu tidak apa-apa! Kau pemimpin kami! Tidak ada salahnya bila hanya memerintah! Karena Naga, mereka banyak dan buas, memiliki berbagai elemen dan keahlian menyerang!" Johan menatap mata Raja sekaligus sahabatnya penuh harap.

"Ayolah kita kembali ke kerajaan! Tak ada gunanya kau lawan Naga api itu!" Johan merangkul sahabatnya.

"Sudah dua pekan dia memangsa ternak, merusak kerajaan, bahkan memakan rakyat kita sendiri! Ini benar-benar ancaman besar!" Thomas menjelaskan.

"Rakyat kita bahu membahu membangun kerajaan! Maka aku sebagai Raja ikut membantu! Dengan menghilangkan acaman tersebut! Akanku kalahkan Naga itu! Ku ambil jantungnya dengan tanganku sendiri! Dan akan ku jadikan batu Naga!" Raja Thomas terbakar semangat. Ambisinya untuk melawan Naga yang menjadi ancaman kerajaannya begitu menggelora. Dia bangun dari duduknya dan bersiap masuk ke hutan gelap di depannya.

"Ambisimu besar sekali sobat! Aku menyerah membujukmu kembali ke kerajaan! Akanku kirim merpati pos ke kerajaan agar keluarga dan rakyatmu tak lagi khawatir! Akanku tulis juga keputusanku untuk membantumu melawan Naga itu!" Johan ikut berdiri.

Swiiiiiiit.. Siulan keras terdengar dari mulut johan. Tak lama kemudian dua merpati pos menghampirinya.

"Terimakasih atas keputusanmu sobat!" Thomas tersenyum pada Johan.

"Sedari awalku memang punya ambisi untuk mengalahkan Naga itu! Tapi, dilihat dari buas dan elemen yang dia kuasai akhirnya ambisiku menciut! Sekarang nyaliku telah kembali membara berkat kau sobat!" Ujar Johan yang tangannya sibuk menulis surat.

"Sudahlah lupakan itu! Tugas kita sekarang hanyalah menghancurkan ancaman nyata bagi kerajaan dan rakyat kita! Mari kita bunuh Naga itu!" Sringggg.. Dentang Pedang Raja Thomas keluar dari sarungnya.

"siaap!" Jawab Johan tegas. Mereka berdua kini masuk ke hutan rimbun itu. Semakin dalam, hutannya semakin gelap. Semak belukar kian terasa menghambat perjalanan. Tapi, halangan dan rintangan itu mereka lalui dengan hati-hati.
To be continued..
Cerita selanjutnya.. ⇨

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
November 2, 2017 at 9:32 PM delete

Cerita Prince of the Dragon ini cerita lama yang di posting ulang, sebab ceritanya menarik.

Reply
avatar