Prince of The Dragon : Bagian Tiga

11/14/2017
Pemanah misterius

prince-of-the-dragon-jurnal-kehidupan

Seseorang memakai jubah hitam samar-samar terlihat, berdiri di atas dahan besar pohon yang tinggi. Busur panahnya membidik Thomas sebagai target. Anak panah siap terbang melesat menancap tepat di uluhati Raja Thomas.

Wuuush.. Kembali anak panah melesat cepat.

"Disana!" Teriak Johan berlari. Pedang yang tersarung di pinggangnya dia kendalikan. Mata pedang tajam terhunus seiring gerakan tangannya.

Srrriing!! Dentang pedang Johan mematahkan anak panah.

"Te.. Terimakasih Johan." Ungkap Raja Thomas. Tubuhnya bergetar hebat, dia tak mengira bisa selamat dari serangan misterius itu.

"Sebaiknya kita berhati-hati, mungkin akan ada serangan dadakan lagi! Musuh kita petarung jarak jauh. Apalagi hutan ini terhindar dari sinar matahari!" Kata Johan dengan posisi pedang tepat di depan dada.

Thomas masih bergetar, tapi keberanian dan kesadarannya sebagai seorang Raja mematahkan getaran tubuhnya. Kini Thomas mengeluarkan pedang bermata berlian kesayangannya.

Dari arah belakang Elang coklat terbang mengacaukan konsenterasi Thomas dan Johan.

"Sial! Dari mana datangnya burung ini!" keluh Thomas.

"Sebaiknya kita bunuh burung ini untuk makan malam!" Johan menebaskan pedangnya ke arah burung elang itu.

Burung elang coklat ini sangat lincah. Berkelit dalam setiap serangan Johan dan Thomas. Kukunya yang tajam ditambah pisau ukuran kecil sebagai senjata melengkapi burung ini.

"Sulit sekali! Burung ini sangat lincah." Johan mengeluh.

Orang misterius yang tersamar dalam gelapnya hutan kembali membidik sasarannya. Thomas de Volt, Raja besar kerajaan Erdine tetap menjadi sasaran utama. Anak panah kembali tertuju tepat pada uluhatinya.

Raja Thomas menyerang burung elang itu hingga lambang kerajaan Erdine di dadanya gagah terlihat.

"kerajaan Erdine??" pemanah misterius itu bergumam. Anak panahnya yang tadi siap menembus dada sang Raja, kini disimpan kembali pada tempat yang menggantung di punggungnya.

Pemanah misterius turun dari pohon dan menghampiri Raja Thomas. Tangan kirinya memakai sarung tangan panjang sampai siku. Sarung tangan yang penuh dengan pisau kecil, lebih kecil dari belati sebagai senjata.

Tangan kirinya memberi isyarat pada burung elang untuk tidak menyerang lagi. Jubah hitam dengan tudung kepala menyamarkan pemanah misterius ini.

Burung elang itu terbang menghampiri pemanah misterius dan hinggap di tangan kirinya. "Siapa dia?" Johan bertanya pada Thomas. "Aku tak tahu." Thomas berhati-hati. Pedangnya masih tergenggam erat di tangannya.

Pemanah misterius itu kian dekat. Berdiri membuka tudung kepalanya. Kini terlihat jelas rambut pirang yang tersamar tudung kepala itu. Pemanah itu begitu muda, tidak lebih tinggi dari Raja Thomas ataupun Johan. Bola mata berwarna biru menambah ketampanan pemuda ini. Usianya sekitar 19tahun, keterampilan pemanahnya tak bisa diragukan. Burung elang coklat yang menyerang Thomas dan Johan hinggap tenang di tangan kirinya.

"Salam yang mulia Raja besar Erdine!" Pemanah itu membungkuk memberi hormat.

"Siapakah anda? Kenapa menyerang kami?" Tanya Raja Thomas.

"Mohon maaf atas kejadian tadi. Saya Leo Chumber, putra mahkota kerajaan Gothia."

"Kau ini Leo Hunt?? Si pemburu elang? Gelar Hunt itu kepanjangan dari Hunter kan?? Aku tak menyangka bahwa kau ini masih muda." Johan sangat gembira bertemu dengan Leo. Dia menjabat tangannya.

"Kau putra mahkota? Bukannya kau punya kakak?" Raja Thomas melontarkan pertanyaan.

"Aku sedang memburu Naga di gunung merapi cammand. Naga itu pembunuh kakakku dan istrinya! Aku tidak bisa diam!! 200 prajurit bersenjata lengkap di kirim untuk membunuh Naga itu. Tapi, hanya sepertiga dari mereka yang kembali! Itu pun dengan tubuh penuh luka! Maka hari ini aku dan crish harus melawan Naga itu semampunya!" Leo bersemangat. Tangan kanannya mengepal mengumpulkan keberanian. Tatapan matanya penuh dendam membara. Rambut pirangnya acak-acakan menutupi alis mata.

"Apa sebaiknya kita pulang saja sobat?" Johan merayu. "200 prajurit bersenjata lengkap tidak bisa mengalahkannya! Apalagi kita yang berdua??" Johan putus asa.

"Leo memiliki semangat yang tinggi walau hanya dengan Elang coklat itu! Apalagi kalau bersatu dengan kita?? Kau harus ingat, tujuan kita adalah mengakhiri kecemasan dan memerdekakan kerajaan kita dari serangan Naga itu! Kita berjuang untuk masyarakat! Kau harus tahu itu!" Raja Thomas meyakinkan Johan. Tangannya menepuk pelan pundak Johan. "Mana semangatmu yang membara saat memasuki hutan ini?" Ujar Thomas memancing semangat sahabatnya.

"Mendengar laporan dari beberapa prajurit yang melawan Lava, Naga itu mengamuk dan menyemburkan api dari mulutnya! Mungkin kalau kita menjebak Naga itu, kita bisa membunuhnya!" Leo memberi solusi.

"Kau cerdas Leo! Kita memang harus menggunakan akal untuk melawannya! Apakah kau bersedia melawan Naga itu bersama kami dan menuruti perintahku?" Thomas merangkul pundak pemanah yang bernama Leo. Memastikan agar dia bersedia berjuang bersama.

"Dengan senang hati." Leo tersenyum ke arah Raja Thomas.

"Sebaiknya kita cepat ke luar dari hutan ini sebelum malam tiba." Johan berbicara.

"Benar. Aku tau jalan ke luar tercepat dari hutan ini!" Leo memegang dagunya. Mengingat jalan ke luar. "Ayo ikuti aku!" Leo perlahan berjalan.

"Tunggu dulu Leo! Aku mau mengambil tanaman obat itu!" Raja Thomas menunjuk tanaman rambat berdaun agak ungu. "Silahkan yang mulia." Ujar Leo dengan nada penuh hormat.

Setelah mengambil tanaman rambat yang diyakini bisa meminimalisir darah yang menetes, Thomas, Johan, dan kawan baru bernama Leo meneruskan perjalanan ke luar dari hutan yang gelap. Kini kekuatan untuk melawan Naga lava semakin bertambah.
To be continued..

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »