Pudarnya Jatidiri Pemuda

11/06/2017
Oleh Guntur Mahesa Purwanto

pudarnya-jatidiri-pemuda-jurnal-kehidupan

Sosok pemuda dikenal sebagai sosok penuh harapan serta menjadi dambaan banyak orang. Bagaimana tidak? Pemuda dalam kacamata dunia adalah aset dan penerus estafet suatu peradaban dikemudian hari. Belum lagi para orang tua yang akan sangat bangga apabila anaknya memiliki prestasi dimasa muda atas hasil dari didikan kedua orang tua dan lingkungan yang ada.

Selanjutnya, pemuda pula yang dapat mengubah serta memberdayakan segala kondisi negeri dari yang tadinya terpuruk, berkembang hingga tercapai maju. Tentunya, semua itu dapat tercapai karena intelektualitas dan semangat khas yang dimiliki seorang pemuda.

Pada zaman milenial dan ditengah arus globalisasi yang melahirkan modernitas ini, para pemuda kini banyak kehilangan jatidirinya. Dirinya lupa dan banyak terlena oleh fatamorgana dunia yang membuatnya mandul dalam membangun dan mengembangkan daya kreatifitas untuk kelanggengan suatu negeri.

Para pemuda masa kini banyak tergiur oleh fantasi dunia yang dapat merusak moral serta aqidah yang dianutnya.

Pemuda masa kini lebih terfokus pada urusan cinta terhadap lawan jenis yang bersifat privasi daripada memikirkan kesejahteraan dan makmurnya suatu negeri.

Pemuda masa kini sangat mudah diperbudak oleh para kapitalis yang berdampak sempitnya ruang gerak dirinya di depan kelak.

Pemuda masa kini, kebanyakan dari mereka adalah pemuda “in the box”, bukan “out of the box”. Banyak dari mereka yang lebih menyelesaikan suatu hal secara dangkal berbalut rasa damai sebagai suatu alasan, daripada dengan telaah mendalam dan berkomitmen tinggi dalam menyelesaikan segala perkara yang harus dihadapinya.

Kemudian, dampak dari semua itu adalah hilangnya bumi pertiwi kepada asing. Zamrud khatulistiwa nan kaya raya ini telah habis diekploitasi untuk kepentingan negeri orang daripada memberdayakan negeri sendiri.

Alasannya sederhana, yakni para pemuda kini telah lupa pada jatidirinya sebagai sosok pejuang perubahan. Kini dirinya asyik dengan kecanggihan teknologi dan informasi yang serba instan tanpa ingin tahu dan memfilter dampak dari yang akan dihasilkan hal tersebut.

Padahal Ir. Soekarno yang sering dijadikan rujukan sebagai pengobar semangat perjuangan dan perubahan pernah berkata, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Selain itu, Ir. Soekarno pun berkata, “Lebih baik jadi singa satu hari, daripada jadi kucing seumur hidup!”

Dari perkataan bung Karno di atas, sangat ditekankan bahwa pemuda adalah harapan dan hendaklah mereka bersikap kritis dalam menghadapi berbagai persoalan di depan. Adapun mereka yang sering terlena oleh kesenangan dunia, hendaklah mereka merenungkan QS. Al-Maidah: 100 yang berbunyi:

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."

Pemuda adalah harapan hari ini dan esok tiba. Mereka kehilangan jatidiri akibat jauhnya ia dari kepekaan terhadap segala sistem kehidupan, khususnya terhadap ruhiyah yang sejatinya ia ketahui bahwa kitab suci adalah pedoman dalam mengarungi dan mencari jawaban dari berbagai persoalan yang menimpa kehidupan. Selain memiliki semangat yang masih segar, pemuda dituntut agar senantiasa aktif, saling bersinergi serta bersuara dalam mengokohkan pondasi keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan keutuhan suatu negeri, khususnya terhadap dirinya pribadi agar tetap istiqomah menapaki hari-harinya kelak diridhoi illahi.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »